Masih saja timbunan pualam menghatam perahuku,
Senantiasa ku ayuh biar asa tersauh.
Bagaimanapun dalam tindak terpatri jejak, entah apa didalamnya melakoni..
Masih segar otak ini berfikir, riskan uji relung tambatannya.
Ku telan saja biar bibir menganga, asalkan etika sudah mengambil jalurnya.
Menjalaninya dengan cermat, menanggapinya dengan hormat.
Tuan yang terhormat sedianya kami adalah jelata yang mungkin enggan untuk kamu dengar pendapatnya, namun aku pastikan bahwa aku di jalan-Nya.
Aku memang jalang dan tak berharga diri..
Yang selalu mengusik diri dengan api..
Tapi api ku bakar menyisakan tumpukan abu..
Untuk kemudian ku bersihkan segala yang ada.
Bersama tirai alam, aku tancapkan manusia berpangkat...
Okeh.. Itu saja kawan.. Sedikit pengalaman yang tertuang dalam bait-bait..hohohooo
Dan terima kasih atas kunjungannya :)
By Puisi Kehidupan
0 Comments